Barcelona memastikan lolos ke babak semi-final Liga Champions musim ini. Untuk bisa mendapatkan tempat di partai final, wakil Spanyol itu harus bisa mengalahkan Bayern Munich, lawan mereka berikutnya.
Terlepas apakah memungkinkan atau tidak Bayern bisa menghadang laju Barcelona, Lionel Messi dan kawan-kawan sejatinya memiliki semua persyaratan untuk bisa menjadi juara Liga Champions musim ini.
Secara grafik penampilan di Eropa, Barcelona memiliki tren positif. Demikian juga dengan komposisi pemain yang dimiliki Tito Vilanova dan Jordi Roura. Belum lagi faktor dewi keberuntungan yang kerap menaungi sang jawara Spanyol itu untuk bisa meraih kemenangan.
Juga ada lima alasan lain yang patut dipertimbangkan mengapa Barcelona layak mengakhiri musim ini sebagai sang juara Liga Champions. GOAL.com Indonesia memiliki daftar alasan tersebut.
Tren Performa Yang Stabil Di Level Atas
|
|
|
Mari kita lihat dulu performa Barcelona di musim ini. Di kompetisi domestik, Real Madrid merupakan tim terbaik sejauh ini, Puncak klasemen menjadi milik mereka, demikian juga keunggulan jumlah angka yang signifikan, 13 angka dari Real Madrid. Produktivitas gol Barcelona juga merupakan yang terbaik, dengan selisih mencapai 65 bola.
Di lini depan, Barcelona memiliki rekor bagus. Rata-rata gol mereka di setiap laga adalah 3,16 gol. Total gol mereka di semua kompetisi bahkan menjadi 4,23 gol per laga.
Di lima laga terakhir, Barcelona juga belum terkalahkan. Tim terakhir yang bisa mengalahkan mereka adalah Real Madrid pada 2 Maret silam. Sejak kekalahan itu, Barcelona berhasil menang lima kali, dan bermain imbang tiga kali, termasuk penampilan di Liga Champions.
Berbicara soal Liga Champions, Barcelona sebetulnya sedkit tertinggal dari tiga semi-finalis lainnya. Dalam urusan mencetak gol misalnya, dari empat tim yang tampil di babak empat besar, Barcelona menempati urutan paling buncit dengan hanya mencetak 18 gol, atau 1,8 gol per partai. Bandingkan dengan Real Madrid yang bisa mencetak 23 gol dan Bayern Munich dengan 22 gol.
Dalam urusan membuat peluang, Barcelona juga tertinggal. Real Madrid 119 kali memberikan ancaman ke gawang lawan sepanjang Liga Champions musim ini, sementara Barcelona hanya 91 kali.
Tapi dalam hal permainan kolektif, Barcelona adalah rajanya. 7,912 umpan dilakukan pemain Barcelona, dengan rata-rata keberhasilan mencapai 83 persen. Penguasaan bola Barcelona juga menjadi yang tertinggi, dengan 68 persen atau 42 menit.
Dengan tren performa yang bagus, Barcelona layak mengakhiri musim dengan meraih gelar juara. Tak hanya La Liga, tapi juga Liga Champions.
Kerja Keras La Masia (Tiki-Taka) |
|
|
Tren sepakbola belakangan ini adalah lebih pada memaksimalkan potensi pemain muda yang dimiliki klub.
Selain Ajax Amsterdam dan Arsenal, Barcelona adalah salah satu tim yang terbilang sukses mempromosikan pemain didikan mereka untuk tampil di kancah sepakbola internasional.
Lionel Messi, Xavi Hernandez, Carles Puyol, Andres Iniesta dan yang terbaru adalah Cristian Tello juga Marc Bartra adalah beberapa dari pemain jebolan akademi sepakbola Barcelona, La Masia.
Hampir semua pemain tersebut menjadi andalan di Nou Camp, sementara sebagian lagi siap muncul sebagai pengganti dengan kualitas sepadan, atau bahkan lebih baik.
Dari akademi sepakbola itu sendiri, Barcelona memperkenalkan gaya permainan yang kemudian dikenal sepanjang masa, Tiki Taka. Penguasaan bola secara terus menerus, perlahan mendekati daerah lawan dan kemudian memberikan kejutan dengan gol di saat yang tak terduga sudah diinstalkan ke alam bawah sadar para pemain muda. Hasilnya, well, Anda bisa melihat apa yang ada di Barcelona dalam enam atau tujuh tahun terakhir.
Gaya Barcelona itu yang akhirnya menginspirasi banyak klub untuk lebih memaksimalkan potensi pemain muda yang mereka miliki. Borussia Dortmund, Manchester United, AC Milan adalah beberapa klub papan atas yang mulai mempercayakan masa depan klub kepada produk akademi mereka sendiri.
Gaya regenerasi Barcelona itu juga yang kemudian diandalkan untuk melawan gaya mainstream, yang sampai saat ini masih digunakan oleh tim kaya Eropa, membeli pemain jadi berlabel bintang, untuk mengangkat status mereka di Eropa. Paris St Germain, Real Madrid, Chelsea dan Manchester City masih setia mengadopsi gaya ini.
Gaya Barcelona juga yang pada akhirnya bisa diandalkan untuk mengakali aturan baru seputar financial fair play. Jika sudah begitu, Barcelona sepertinya pantas mendapatkan hadiah khusus atas kesuksesan mereka di musim ini, dengan barisan pemain La Masia mereka, dengan gelar juara Liga Champions di tangan.
Sejarah Wembley Untuk Barcelona |
|
|
Dibandingkan tiga semi-finalis lainnya, Barcelona memiliki sejarah tersendiri bermain di Wembley di final Liga Champions.
Momen tersebut terjadi pada 1992. Barcelona untuk kali ketiga tampil di final Liga Champions, dan kali pertama menginjakkan kaki di Wembley, yang sebelumnya sudah empat kali menjadi venue final turnamen antarklub terbaik Eropa itu. Lawan mereka adalah Sampdoria.
Di partai final tersebut, disaksikan oleh 70,827 pasang mata di Stadion, Barcelona meraih kemenangan 1-0 lewat gol tunggal Ronald Koeman dengan tendangan bebasnya di babak perpanjangan waktu, tepatnya di menit 111. Untuk kali pertama, Barcelona pun mengangkat trofi juara turnamen yang pada saat itu masih dilabeli Piala Champions.
Pada 2011, Barcelona kembali menyambangi Wembley. Kali ini lawan mereka di partai final Liga Champions tersebut adalah Manchester United.
Disaksikan 87,695 penonton, diwasiti Viktor Kassai dari Hungaria, Barcelona meraih kemenangan 3-1 lewat gol Pedro, Lionel Messi dan David Villa. Gol tunggal Manchester United dilesakkan Wayne Rooney pada menit 34.
Barcelona pun mengangkat trofi juara Liga Champions keempat mereka usai kemenangan tersebut, setelah pada 2009 dan 2006 juga berhasil memenangi turnamen yang sama.
Wembley pun menjadi terasa spesial bagi Barcelona karena belum sekalipun wakil Spanyol itu takluk di stadion kebanggaan Inggris tersebut. Wembley bisa dikatakan sebagai stadion kandang kedua Barcelona.
Demi Tito Vilanova & Eric Abidal |
|
|
Banyak drama mengiringi perjalanan Barcelona di musim ini. Beberapa di antaranya melibatkan Eric Abidal dan Tito Vilanova.
Abidal dan Vilanova memiliki masalah yang sama, yaitu berkutat dengan kanker, operasi dan masa pemulihan yang panjang. Namun keduanya mampu bangkit dari periode buruk mereka itu dengan dagu terangkat.
Abidal sejak dua tahun lalu sudah harus berkutat dengan masalah di livernya. Sampai pada akhirnya pemain asal Prancis itu melakukan pencangkokan hati. Saudara sepupu Abidal yang kemudian bersedia mendonorkan hatinya.
Dan setelah menjalani periode panjang pemulihan, operasi dan sebagainya, Abidal bisa kembali bermain dua pekan lalu. Publik Nou Camp menyambutnya bak pahlawan yang pulang dari perang. Abidal memang memenangi perangnya sendiri.
Hal yang sama juga dialami Vilanova. Pelatih Barcelona itu harus mendapati fakta dirinya mendapat gangguan virus kanker pada kelenjar ludahnya.
Kabar tersebut bak sambaran petir di siang bolong bagi siapapun, baik Vilanova, punggawa Barcelona dan semua orang terdekatnya. Vilanova pun harus menjalani perawatan serius di Amerika Serikat.
Sampai saat ini, mantan asisten pelatih Pep Guardiola itu tetap menjalani kemoterapi untuk mematikan sel kanker yang dimilikinya. Tapi, sepertinya halnya Abidal, juga sukses melawan penyakitnya itu untuk kembali bangkit dan memimpin Barcelona dari pinggir lapangan di sejumlah laga terakhir.
Gelar juara Liga Champions, selain La Liga, pun menjadi kado yang teramat pantas bagi Abidal dan Vilanova, juga skuat Barcelona secara keseluruhan, setelah perjalanan panjang mereka yang penuh liku.
Lionel Messi, Lionel Messi, Lionel Messi |
|
|
Nama tersebut begitu mengemuka belakangan ini. Pastinya, bukan tanpa alasan mengapa hal itu bisa terjadi.
Lionel Messi mencuri perhatian dunia dengan apa yang dilakukannya di dalam lapangan. Sepak terjangnya membuat lawan takjub, dan tentunya menguntungkan Barcelona. Kalangan media massa Spanyol dan dunia pun tak punya alasan untuk tidak menyanjungnya setinggi langit.
Performa terbaru Messi yang membuat banyak orang berdecak kagum adalah saat Barcelona menjamu Paris St Germain di leg kedua perempat-final Liga Champions minggu lalu.
Muncul dari bangku cadangan sebagai pemain pengganti dan masih dibayang-bayangi masalah cedera, Messi langsung mengubah atmosfer di Nou Camp. Padahal pada saat itu dia hanya berlari-lari kecil di pinggir lapangan.
Optimisme tersebut muncul karena pada saat itu Barcelona dalam situasi tertinggal dari PSG, yang bisa unggul lewat gol Javier Pastore, yang kebetulan adalah kolega Messi di timna Argentina.
Messi akhirnya masuk ke lapangan menggantikan Cesc Fabregas dan tak sampai sepuluh menit dia langsung memberikan andil besar atas gol Pedro Gonzalez, yang pada akhirnya mengubah hasil akhir laga menjadi 1-1, dan meloloskan Barcelona ke semi-final.
Cerita Messi seperti itu sejatinya banyak terjadi di musim ini. Messi memang menginspirasi siapapun, termasuk rekan-rekannya sendiri di Barcelona. Messi juga bisa menanggung tanggung jawab sebagai andalan Barcelona di musim ini.
Dan dengan kerja keras, totalitas, loyalitas dan kontribusinya bersama Barcelona sepanjang musim ini, Messi layak mengakhiri musim dengan mengangkat trofi, tak hanya piala La Liga, tapi juga trofi Liga Champions.
Judul : Barcelona pantas menjadi juara Liga Champions di musim ini
Deskripsi : Barcelona memastikan lolos ke babak semi-final Liga Champions musim ini. Untuk bisa mendapatkan tempat di partai final, wakil Spanyol itu...